Senin, 06 Agustus 2012

Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Produk Rusak Pada Pt. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang Tahun 2004 – 2006 (A17)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa  ini  persaingan  antar  perusahaan  semakin  ketat.  Hal  ini disebabkan banyaknya perusahaan atau produsen yang beroperasi di pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu konsekuensi logis dari  perubahan  dunia  kearah globalisasi  adalah  adanya  pergeseran  cara pandang  dalam  pelaksanaan  perdagangan  internasional  yang  mengarah kepada perdagangan global. Hal ini mengakibatkan munculnya pasar bebas dunia yang pada gilirannya akan mengakibatkan meningkatnya persaingan di pasar internasional dan kaitannya dalam dunia bisnis maka masalah yang dihadapi perusahaan adalah semakin ketatnya persaingan, oleh karena itu perusahaan  harus  dapat  menjalankan  strategi  bisnisnya  yang  tepat  agar mampu bertahan dalam menghadapi persaingan yang terjadi.

Meningkatnya  persaingan   itu   telah   mendorong   adanya   kebijakan mengenai  standar kualitas yang berskala internasional. Salah satu standar internasional  yang  berkembang pesat  di  bidang  industri  dan  perdagangan adalah standar sistem manajemen kualitas ISO seri 9000 yang telah diadopsi Indonesia  menjadi  SNI  seri  19-9000  (Suardi:25). Standar ini  menjamin konsistensi kualitas produk baik barang maupun jasa dengan memperhatikan kepuasan pelanggan.
 
Setiap  usaha  dalam  persaingan  tinggi  selalu  berkompetisi  dengan industri yang sejenis. Agar bisa memenangkan kompetisi, pelaku bisnis harus memberikan  perhatian  penuh terhadap  kualitas  produk.  Perhatian  pada kualitas  memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara yaitu dampak  terhadap  biaya-biaya  produksi  dan  dampak terhadap  pendapatan (Gaspersz,2002: 3). Dampak  terhadap biaya produksi terjadi melalui proses pembuatan produk yang memiliki derajat  konformasi yang tinggi terhadap standar-standar   sehingga   bebas   dari   tingkat   kerusakan   yang   mungkin. Dampak  terhadap   peningkatan   pendapatan   terjadi   melalui   peningkatan penjualan atas produk yang berkualitas yang berharga tinggi.

Salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan laba terutama dari kegiatan operasinya. Oleh karena itu, manajer perusahaan dalam mengambil keputusan-keputusannya  ditujukan untuk meningkatkan laba. Strategi bisnis untuk  meningkatkan keunggulan  bersaing  dapat  dilakukan  melalui  usaha peningkatan kualitas.

Perusahaan  yang   menjadikan   kualitas   sebagai   alat   strategi   akan mempunyai keunggulan bersaing terhadap kompetitornya dalam menguasai pasar karena tidak semua perusahaan mampu mencapai superioritas kualitas. Dalam  hal  ini  perusahaan  dituntut  untuk  menghasilkan  produk  dengan kualitas tinggi, harga rendah dan pengiriman tepat waktu.

Proses  produksi  yang  memperhatikan  kualitas  akan  menghasilkan produk  yang  bebas dari  kerusakan.  Hal  ini  dapat  menghindarkan  adanya pemborosan dan inefisiensi sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan dan  harga  produk  dapat  menjadi  lebih  kompetitif.  Produk  yang  memiliki kualitas yang lebih tinggi atau memiliki kualitas yang tinggi dengan harga yang lebih  kompetitif  akan  menjadi  incaran  konsumen,  sehingga dengan demikian   perusahaan   yang   memiliki   produk   berkualitas   akan   mudah mendapatkan keuntungan karena produknya terjual.

Sedangkan menurut penelitian terdahulu Ika Puspita Ayu Kumala Sari (2006) Peranan Biaya Kualitas dalam Upaya Mengendalikan Produk Rusak Pada  PT.  Sendi  Pratama Pekalongan  dengan  hasil  ada  pengaruh  secara simultan  antara  biaya  kualitas  (biaya pencegahan  dan  biaya  penilaian) terhadap produk rusak, hasil perhitungan secara parsial menunjukkan bahwa komponen biaya kualitas memiliki pengaruh yang berbeda terhadap produk rusak. Supraptowo (2007) Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Pengendalian Produk Cacat Pada PT. Metec dengan hasil penelitian masing-masing biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian dan biaya kegagalan internal mempunyai perilaku berbeda terhadap produk cacat. Biaya pencegahan dan biaya  kegagalan  internal  mempunyai pengaruh  yang  signifikan  terhadap produk  cacat,  namun  biaya  penilaian  tidak.  Nita Andriasih  (2002)  yang meneliti tentang Analsis Biaya Kualitas pada PT. Primatecxo menunjukkan bahwa  ada  hubungan  yang  positif  antara  biaya  pencegahan  dan  biaya penilaian, biaya kegagalan terhadap penjualan.

Hal ini berarti ketika biaya pencegahan dan biaya penilaian naik maka jumlah unit rusak turun, sehingga biaya kegagalan internal maupun biaya kegagalan eksternal akan turun juga maka jika produk  rusak turun pencaipaian terhadap penjualan akan tinggi. Dari hasil ketiga penelitian sebelumnya tersebut dapat diketahui bahwa hasil analisis  biaya  kualiatas (biaya  pencegahan  dan  biaya  penilaian  terhadap produk rusak memiliki hasil yang berlainan, sehingga berdasarkan penelitian yang sebelumnya penelitian ini akan dikaji lebih lanjut kebenaran yang ada sehingga apa yang  menjadi hasil dalam penelitian ini dapat mempertegas persepsi dan memperkuat teori yang sudah ada.

Merujuk dari  teori  Hansen  dan  Mowen  (2001:  963)  kualitas  adalah tingkat atau nilai keunggulan, dalam arti kualitas merupakan tolok ukur relatif terhadap kebaikan. Secara operasional kualitas suatu barang atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi harapan pelanggan. Kualitas suatu produk atau jasa merupakan  sesuatu  yang  memenuhi harapan pelanggan  melalui  delapan dimensi, yaitu kinerja, estetika, kemampuan memberikan jasa,  daya tahan, kesesuaian, dan kecocokan dengan kegunaan.

Untuk  mencapai  produk  yang  berkualitas,  perusahaan  harus  selalu melakukan  pengawasan   dan   peningkatan   terhadap   kualitas   produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal. Kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga akan meningkatkan laba, karena peningkatan kualitas ini akan mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan naiknya pangsa pasar. Biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan kualitas produk disebut biaya kualitas.

Menurut Fandy dan Anastasia (2003: 34) biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk. Jadi, biaya kualitasadalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian,  perbaikan   dan   pencegahan kerusakan.  Biaya  kualitas dapat  dikelompokkan  menjadi  empat  golongan,  yaitu  biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal.

Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk  yang dihasilkan.  Biaya  penilaian  adalah  biaya  yang  terjadi  untuk menentukan apakah  produk dan jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas.  Biaya  kegagalan  internal adalah  biaya  yang  terjadi  karena  ada ketidaksesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi  sebelum barang dan jasa tersebut dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Biaya kegagalan  eksternal adalah   biaya   yang   terjadi   karena   produk   atau   jasa   gagal  memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada para pelanggan.

Sistem biaya kualitas dapat dipakai oleh perusahaan sebagai pengukur keberhasilan program perbaikan kualitas. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan  yang  harus selalu  memantau  dan  melaporkan  kemajuan  dari program  perbaikan  tersebut.  Apabila suatu  perusahaan  ingin  melakukan program perbaikan kualitas, maka perusahaan harus mengidentifikasi biaya- biaya  yang  dikeluarkan  pada  masing-masing  dari  keempat kategori  biaya dalam sistem pengendalian kualitas (Gaspersz, 2002: 172). Untuk itu suatu perusahaan perlu               untuk       membuat laporan    biaya   kualitas.

Menurut Feigenbaum  (1992:119)  informasi  yang  ada  dalam laporan  biaya  kualitas secara garis  besar memberikan manfaat (1) Sebagai alat untuk mengukur kinerja (2) Sebagai alat analisis mutu proses (3) Sebagai alat pemprograman (4) Sebagai alat penganggaran yaitu  untuk membuat anggaran pengeluaran dalam mencapai program pengendali mutu (5) Sebagai alat peramal yaitu untuk   mengevaluasi   dan   menjamin  prestasi   produk   dalam   memenuhi persaingan pasar.

PT. Industri Sandang Nusantara Unit      Patal Secang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pemintalan benang tenun. Jenis- jenis benang  tenun yang dihasilkan itu diantaranya adalah Benang Cotton, dan  Benang  Rayon.  Perusahaan  telah mengeluarkan  biaya  kualitas  untuk mengurangi atau menghilangkan  produk rusak, tetapi kenyataannya masih terdapat produk rusak. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian terhadap biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan secara efektif dan efisien.

Berikut  adalah  jumlah  biaya  kualitas  yang  dikeluarkan  oleh  PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang dari tahun 2004 – 2006:

Tahun
2004
2005
2006
Jumlah
Rp.270.292.860
Rp.274.029.910
Rp.271.450.520

Dari data di atas diketahui bahwa perusahaan telah mengeluarkan biaya kualitas  yang cukup besar, akan tetapi dalam kenyataannya masih terjadi persentase  produk   rusak yang  cukup  tinggi  dari  hasil  produksi  yang dihasilkan. Hal ini dapat diketahui dari data di bawah ini:

Tahun
2004
2005
2006
Jumlah Produksi
3.988.618
3.889.280
3.996.548
Jumlah Produk Rusak
240.114
245.528
249.208
Rata - rata
0,0627
0,0615
0,0624

Meskipun perusahaan telah mengeluarkan biaya kualitas yang cukup besar, tetapi dari data di atas tampak bahwa produk rusak yang terjadi pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang mencapai 6,22 % dari hasil produksi yang dihasilkan padahal perusahaan telah menetapkan standar produk  rusak  sebesar  2%.  Hal  inilah yang  mendorong  perusahaan  ingin mengetahui pengaruh biaya kualitas terhadap pencegahan produk rusak.

Berdasarkan uraian di atas secara teoritis dengan naiknya biaya kualitas dapat menurunkan jumlah  produk  rusak.  Di  dalam  mengeluarkan  biaya kualitas perlu  dilakukan pengendalian agar mencapai biaya yang optimal, namun pada kenyataannya PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang sudah  mengeluarkan  biaya  kualitas  akan  tetapi produk  rusak  tetap  ada. Sehingga  perlu  diadakan  penelitian  secara  empiris  apakah ada  pengaruh antara  biaya  kualitas  terhadap  produk  rusak.  Dengan  adanya fenomena tersebut  di  atas,  maka  dalam  penelitian  ini  penulis  mengambil  judul: “Pengaruh Biaya  Kualitas  terhadap  Produk  Rusak pada  PT.  Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang Tahun 2004 - 2006.

Cara Downloadnya silahkan klik DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar