BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, perubahan masyarakat terjadi begitu cepat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan
tersebut adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
yang
sangat
pesat.
Agar
dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan
teknologi
informasi
tersebut
masyarakat harus memiliki pendidikan yang cukup agar mampu mengakses
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
tersebut.
Di
sini
peran
pendidikan sangat diperlukan, mengingat salah satu tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Pendidikan yang selama ini diterapkan di Indonesia dinilai
tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Peserta
didik
hanya
dibekali
kemampuan di bidang akademik saja. Aspek-aspek yang lain, seperti
aspek keterampilan dan kecakapan hidup yang ada pada peserta didik diabaikan. Akibatnya ketika mereka kembali ke
tengah-tengah masyarakat,
mereka tidak
mampu menghadapi permasalahan yang ada di masyarakat.
Oleh
karena
itulah berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelemahan
pendidikan di Indonesia.
Salah satu upaya yang saat ini digulirkan pemerintah adalah penerapan
kurikulum 2004 yang menggunakan pendekatan standar kompetensi. Kurikulum 2004 yang banyak dikenal
dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi merupakan tantangan bagi tenaga pendidik dan peserta didik yaitu tantangan terhadap
standar kompetensi yang harus
dicapai oleh peserta didik.
Standar kompetensi yang harus dicapai
oleh
peserta
didik
mencakup kemampuan berpikir,
kemampuan
gerak
psikomotor,
dan
kemampuan
terkait
dengan kepribadian, sehingga
hasil belajar
peserta didik harus mencakup ketiga aspek kemampuan tersebut.
Untuk itu pembelajaran yang terjadi harus mencakup ketiga aspek tersebut. Demikian pula sistem penilaiannya harus mencakup
ketiga aspek kemampuan
tersebut (Mardapi, 2004).
Sistem penilaian yang baik akan mendorong
pendidik mengajar
lebih baik dan peserta
didik belajar lebih baik, atau dengan kata lain mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Oleh sebab
itu, tenaga pendidik harus
benar-benar
memahami
sistem penilaian yang akan digunakan untuk menilai
hasil
belajar peserta didik agar dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik secara
akurat.
Selama ini fenomena yang ada di lapangan,
penilaian hanya dilakukan untuk menilai kemampuan kognitif peserta didik
saja.
Alat
penilaian
yang
digunakan pun sangat terbatas. Para peserta didik umumnya belajar hanya pada
saat menjelang
ulangan harian atau pada
saat
ujian
saja. Jarang mereka mempersiapkan diri untuk
menghadapi pembelajaran
biasa,
sehingga
proses
pembelajaran sering terjadi satu arah. Guru menjelaskan dan peserta didik hanya
mendengarkan. Demikian pula
dengan
guru. Mereka umumnya
melakukan
penilaian pada saat tertentu saja, misalnya pada saat ulangan
harian atau ujian. Hal ini terjadi hampir pada setiap mata pelajaran
termasuk pada mata
pelajaran
Akuntansi.
Sistem seperti ini jelas tidak dapat memenuhi tuntutan pembelajaran yang berorientasi masa depan yang penuh dengan masalah dan tantangan. Keberhasilan atau kegagalan peserta didik tidak dapat diukur hanya pada saat tertentu dan pada
satu aspek kemampuan
saja,
namun
harus dinilai secara komprehensif dan berkelanjutan (Suhito,
2002).
Pada kurikulum
2004, mata pelajaran Akuntansi
pada Sekolah Menengah Atas (SMA) diberikan secara terpisah dengan mata pelajaran
Ekonomi. Namun
mata
pelajaran Akuntansi ini merupakan bagian
dari mata pelajaran Ekonomi.
Mata pelajaran Akuntansi tersebut memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Akuntansi
merupakan seperangkat pengetahuan
untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.
2. materi Akuntansi berupa pokok-pokok bahasan
dari pengertian secara umum, pencatatan transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan baik perusahaan
jasa, dagang, maupun koperasi
sampai pada analisis laporan keuangan
tersebut.
3. pokok-pokok
bahasan
tersebut
diurutkan
sesuai
dengan
sekuensial
proses
akuntansi dari bukti transaksi sampai
menjadi laporan keuangan.
(Depdiknas, 2002: 3).
Untuk mempelajari
Akuntansi
dibutuhkan logika berpikir kreatif
dan
keterampilan berhitung yang baik. Oleh karena itu dalam mempelajari Akuntansi tidak bisa dilakukan hanya pada
saat menjelang ulangan
harian atau ujian
saja. Apalagi materi Akuntansi saling berurutan dan berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Peserta didik harus berpikir secara komprehensif dan menyeluruh
dalam mempelajari mata pelajaran ini.
Dalam menilai
hasil
belajar
mata pelajaran Akuntansi tidak
dapat
menggunakan satu teknik penilaian saja.
Sebab
hal
itu
tidak
dapat
menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan, dan juga tidak dapat
menggambarkan kemampuan
peserta
didik secara akurat. Oleh karena
itu,
penilaian mata pelajaran Akuntansi dapat
dilaksanakan pada
saat
proses pembelajaran di kelas dan pada saat kegiatan penilaian
yang khusus direncanakan, misalnya pada saat ulangan harian,
dengan menggunakan berbagai bentuk tagihan
berupa pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis, kuis, tugas
rumah, ulangan
harian, tugas individual, tugas kelompok, portofolio, dan tes semester.
Penilaian yang digunakan dalam
Kurikulum Berbasis
Kompetensi adalah
penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil
karya
(produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen tes). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian prestasi siswa (Sudjoko,
2002).
Dari uraian
tersebut, peneliti mencoba meneliti sejauhmana pemahaman guru
terhadap penilain dalam
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi pada
mata pelajaran Akuntansi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri se-Kabupaten Pati yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
mata pelajaran tersebut.
Cara Downloadnya silahkan klik DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar