BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada
umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah manusia,
sebab pendidikan sendiri adalah perbuatan kodrati bagi manusia.
Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan, dengan
beragam pengetahuan baru yang diberikan oleh pendidik. Namun ironisnya dari masa ke masa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan lulusan yang dapat diandalkan sesuai dengan
kebutuhan pada masa sekarang, bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai penghasil para pengangguran.
Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat yang sedemikian rendah dan tertinggal, pemerintah telah merintis program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, yakni 6 tahun di SD dan ditambah 3 tahun di SMP. Wajib belajar adalah salah satu cara
pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan masyarakat dengan tetap mempertahankan mutu dan hasil
pendidikan yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menanggulangi keterbatasan Sekolah Menengah Pertama dalam menampung siswa
lulusan
Sekolah Dasar yang sedemikian
banyak, pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan mendirikan SMP Terbuka yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki permasalahan tertentu.
Membantu pekerjaan
orang tua
adalah alasan yang menjadi persoalan pada
saat sekarang
ini untuk
tidak
bersekolah,
aktivitas tersebut mendapat
dukungan dari orang tua mereka dalam keluarga karena terbatasnya penghasilan
orang tua untuk membiayai anak bersekolah dan sebaliknya anak dituntut untuk
dapat
menambah penghasilan dalam
keluarga,
sebenarnya
hal tersebut
dapat dilakukan tanpa mengabaikan makna pendidikan.
Di Indonesia banyak anak mulai bekerja pada usia yang masih sangat muda,
yaitu pada usia
enam
tahun
atau tujuh tahun dengan
alasan untuk membantu meringankan beban
orang tua (Depdiknas, 2002:34).
SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang dirancang khusus untuk melayani
para
siswa pada usia 13-15
tahun
yang
tidak
dapat mengikuti pelajaran seperti
biasa pada SMP reguler,
karena alasan
ekonomi, transportasi, kondisi geografis, atau kendala waktu untuk membantu orang tua bekerja, jenis pekerjaan dalam membantu orang tua yang mereka lakukan pada umumnya
sesuai
dengan kadar kemampuan menurut
perkembangan
mereka masing-masing di antaranya adalah membantu orang tua berkebun, bekerja di sawah, ladang,
warung, menjajakan
koran, menyemir sepatu,
yang
hasilnya
mereka gunakan
untuk menambah
keuangan keluarga atau ditabung
sendiri.
Berbagai
ragam
kendala
tersebut
merupakan fenomena
dan gambaran secara nyata dari kebanyakan siswa di SMP Terbuka
yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Penyelenggaraan SMP
Terbuka
yang mulai
dirintis
pada
tahun ajaran 1979/1980 merupakan perwujudan dari salah satu amanat Pembukaan UUD 1945 yang
menyatakan bahwa
salah
satu tujuan dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dipertegas lagi dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; ayat
(2) pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang selanjutnya Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
pada Bab II
Pasal
3
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban
bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan diberlakukannya Wajar 9 tahun oleh pemerintah, tujuan
pendidikan SMP pun diharapkan dapat
dicapai secara utuh
sebagaimana mestinya, yaitu: memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai
pribadi,
anggota masyarakat, warga
negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Depdiknas, 2002:3). Data statistik persekolahan dari tahun ke tahun menunjukkan, bahwa angka
melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang perguruan tinggi hanya sekitar 11,6%. Ini
berarti, bahwa sebagian besar siswa
(88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya karena berbagai alasan (Depdiknas, 2002:6).
Data pada tahun pelajaran 2003/2004 menunjukkan bahwa siswa SMP
kelas tiga peserta
EBTA
yang
dinyatakan tamat adalah sekitar
96,75% dari 2.503.987 siswa dan sebagian dari
mereka adalah
siswa SMP Terbuka
yaitu sejumlah
125.376
siswa, Jumlah siswa
SMP
Terbuka
yang
melanjutkan
ke
jenjang SMA/SMK
sejumlah
7,34%
ini berarti menunjukkan bahwa hampir semua
siswa tamatan SMP Terbuka tidak melanjutkan pendidikannya (Depdiknas, 2004:22).
Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar
tamatan SMP Terbuka tidak dapat melanjutkan pelajaran lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena kondisi sosial ekonominya yang kurang menguntungkan. Di samping miskin harta mereka pada umumnya juga miskin informasi.
Setelah
tamat
SMP
Terbuka, kebanyakan mereka langsung terjun ke dunia kerja atau ke
lingkungan masyarakat untuk mencari nafkah sendiri atau terus bekerja membantu orang tuanya sebagaimana yang pernah mereka alami sejak masa
kanak-kanak.
Kenyataan demikian memang memprihatinkan, akan tetapi di balik itu pada diri para siswa SMP Terbuka sesungguhnya memiliki potensi etos kerja
yang secara positif dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini sebenarnya SMP Terbuka dapat juga dipandang sebagai lahan yang subur untuk persemaian etos kerja
tersebut.
Berdasarkan kenyataan itu sebagai
langkah
antisipasi, pemerintah merasa berkewajiban untuk memikirkan cara yang terbaik
agar potensi tersebut dapat diwujudkan melalui semacam latihan khusus pendidikan keterampilan pra-vokasional yang sesuai dengan keinginan atau minat para siswa tersebut.
Dengan memberikan bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang bermanfaat bagi tamatan SMP Terbuka yang tidak melanjutkan
pelajaran ke
jenjang pendidikan menengah, diharapkan mereka
dapat lebih
siap
untuk memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat. Berawal dari pemikiran tersebut
Pemerintah telah merintis pelaksanaan Program
Pendidikan Keterampilan Pra- vokasional bagi para siswa SMP Terbuka. Program ini direncanakan untuk dapat
dilaksanakan pada semua SMP Terbuka secara bertahap. Jenis pendidikan keterampilan
pra-vokasional yang akan dipilih dan cara
melaksanakannya
di
sekolah, diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing sekolah yang
bersangkutan. Pemberian kewenangan ini sejalan dengan kebijakan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah
(MPMBS) yang
telah
mulai dirintis pelaksanaannya oleh Direktorat SMP sejak tahun 1999 dengan tujuan untuk lebih memandirikan sekolah.
Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan
kepada para siswa SMP Terbuka ini adalah pendidikan keterampilan yang sifatnya masih
pra- vokasional, untuk bekal persiapan ke arah keterampilan kejuruan atau keterampilan vokasional.
Tujuannya adalah untuk memberikan bekal keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf perkembangan usia
siswa
SMP, namun manfaatnya dapat
langsung
dinikmati oleh mereka.
Pemberian
bekal keterampilan
praktis
ini dilaksanakan dengan
menerapkan potensi wirausaha melalui unit produksi di sekolah masing-masing atau yang ada di lingkungan setempat,
untuk memperoleh
pendapatan
tambahan. Dengan
mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-vokasional tersebut para siswa bukan
saja
diharapkan akan terampil mengerjakan tugas-tugas
sampai dengan
menghasilkan produk tertentu, akan tetapi juga mampu untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.
Dalam pelaksanaan pengentasan masalah pendidikan
pemerintah mengadakan sebuah program dalam rangka palaksanaan Broad Based Education yang
berorientasi pada kecakapan untuk hidup yang terdapat dalam kurikulum
pendidikan SMP
Terbuka. Tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah melaksanakan pendidikan formal untuk
mengembangkan
potensi
kecakapan hidup.
Ada empat jenis pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) yang harus dibekalkan kepada
siswa
SMP
Terbuka.
Keempat jenis
pendidikan kacakapan yang diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menjalani hidup, keempat pendidikan
tersebut
adalah Personal Skills Education, Social Skills Education, Environmental Skills Education, Vocational atau Occupational Skills Education.
Secara garis besar strategi pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka
adalah sebagai berikut.
Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka terdapat beberapa
Tempat
Kegiatan Belajar (TKB)
yang lokasinya
berjauhan antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan yang berbeda
pula. Berdasarkan fenomena itu pendekatan yang dipakai
dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi Siswa SMP Terbuka
ini
tentu saja bukan pendekatan berbasis sekolah (School Based
Approach), melainkan menggunakan
pendekatan
berbasis TKB (Learning Centre
Based Approach) yang sifatnya sangat kontekstual.
Apabila pada
kabupaten yang
bersangkutan
terdapat
SMP
Program Keterampilan dan letaknya masih
dalam jangkauan
transportasi
siswa
yang
kurang
lebih sama jauhnya dengan jarak ke Sekolah Induk,
maka dalam
melaksanakan program ini
SMP Terbuka tersebut hendaknya berkoordinasi dengan SMP
Program Keterampilan.
Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara mandiri
oleh TKB yang bersangkutan, tetapi ada
pula yang perlu
dilakukan bersama dengan institusi pasangan. Dalam melaksanakan program ini di samping
harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus
menjadi salah satu bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and marketing package). Bila perlu keterampilan pemasaran ini dapat dilaksanakan melalui jalinan kemitraan (partnership).
Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin
dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi
siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah, skenario adopsi dan skenario inovasi.
Kecamatan Tempuran adalah salah satu kawasan industri di Kabupaten Magelang, salah satu jenis industri yang banyak terdapat di Kecamatan Tempuran adalah
industri
textile serta banyak pula
perusahan
konfeksi yang berdiri di kawasan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut SMP Terbuka Tempuran memilih keterampilan tata busana sebagai jenis pembelajaran keterampilan yang dipilih.
Cara Downloadnya silahkan klik DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar