Senin, 06 Agustus 2012

Keefektifan Pembelajaran Keterampilan Di Kelas Ii Smp Terbuka Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang (A19)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah manusia,  sebab pendidikan sendiri adalah perbuatan kodrati bagi manusia.

Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperoleh pendidikan, dengan beragam pengetahuan baru yang diberikan oleh pendidik. Namun ironisnya dari masa ke masa pendidikan di Indonesia tidak menghasilkan lulusan yang dapat diandalkan sesuai dengan  kebutuhan pada masa sekarang, bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai penghasil para pengangguran.

Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat yang sedemikian rendah dan tertinggal, pemerintah telah merintis program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun, yakni 6 tahun di SD dan ditambah 3 tahun di SMP. Wajib belajar adalah salah satu  cara  pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan masyarakat dengan tetap mempertahankan mutu dan  hasil  pendidikan yang akan diperoleh peserta didik. Untuk menanggulangi keterbatasan  Sekolah  Menengah Pertama dalam  menampung  siswa  lulusan  Sekolah Dasar  yang   sedemikian  banyak, pemerintah membuat sebuah terobosan yaitu dengan mendirikan SMP  Terbuka yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang memiliki permasalahan tertentu.


Membantu pekerjaan  orang tua  adalah alasan yang menjadi  persoalan pada  saat sekarang  ini  untuk  tidak  bersekolah,  aktivitas  tersebut  mendapat dukungan dari orang tua mereka dalam keluarga karena terbatasnya penghasilan orang tua untuk membiayai anak bersekolah dan sebaliknya anak dituntut untuk dapat  menambah penghasilan  dalam  keluarga,  sebenarnya  hal  tersebut  dapat dilakukan tanpa mengabaikan makna pendidikan.

Di Indonesia banyak anak mulai bekerja pada usia yang masih sangat muda,  yaitu   pada usia  enam  tahun  atau  tujuh  tahun  dengan  alasan  untuk membantu meringankan beban orang tua (Depdiknas, 2002:34).

SMP Terbuka adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama yang dirancang khusus  untuk melayani  para  siswa  pada  usia  13-15  tahun  yang  tidak  dapat mengikuti pelajaran  seperti  biasa  pada  SMP reguler,  karena  alasan  ekonomi, transportasi, kondisi geografis, atau kendala  waktu untuk membantu orang tua bekerja, jenis pekerjaan dalam membantu orang tua yang  mereka lakukan pada umumnya  sesuai  dengan  kadar kemampuan  menurut  perkembangan  mereka masing-masing di antaranya adalah membantu orang tua berkebun, bekerja di sawah,  ladang,  warung,  menjajakan  koran, menyemir  sepatu,  yang  hasilnya mereka  gunakan  untuk  menambah  keuangan keluarga atau  ditabung  sendiri. Berbagai  ragam  kendala  tersebut  merupakan  fenomena  dan gambaran  secara nyata dari kebanyakan siswa di SMP Terbuka yang sebenarnya tetap berkeinginan untuk belajar hingga meraih jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Penyelenggaraan SMP  Terbuka  yang mulai  dirintis  pada  tahun ajaran 1979/1980 merupakan perwujudan dari salah satu amanat Pembukaan UUD 1945 yang  menyatakan bahwa  salah  satu  tujuan  dibentuknya  Pemerintah  Negara Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut dipertegas lagi dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara  berhak  mendapat  pendidikan; ayat  (2)  pemerintah  mengusahakan  dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang  selanjutnya Undang- Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional  (Sisdiknas) pada  Bab  II  Pasal  3  menyebutkan  bahwa pendidikan nasional  berfungsi mengembangkan  kemampuan  dan  membentuk  watak  serta peradaban  bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,  berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan diberlakukannya Wajar  9          tahun       oleh  pemerintah,     tujuan pendidikan SMP  pun  diharapkan  dapat  dicapai   secara   utuh  sebagaimana mestinya, yaitu: memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya   sebagai  pribadi,  anggota  masyarakat,  warga negara serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Depdiknas, 2002:3).  Data         statistik     persekolahan         dari       tahun    ke  tahun menunjukkan, bahwa angka  melanjutkan siswa yang dapat sampai ke jenjang perguruan tinggi   hanya sekitar 11,6%. Ini  berarti, bahwa sebagian besar siswa
(88,4%) tidak melanjutkan pendidikannya karena berbagai alasan (Depdiknas, 2002:6).

Data pada tahun pelajaran 2003/2004 menunjukkan bahwa siswa SMP kelas  tiga peserta  EBTA  yang  dinyatakan  tamat  adalah  sekitar  96,75%  dari 2.503.987 siswa  dan sebagian dari  mereka adalah  siswa  SMP Terbuka  yaitu sejumlah  125.376  siswa, Jumlah siswa  SMP  Terbuka  yang  melanjutkan  ke jenjang  SMA/SMK  sejumlah  7,34%  ini berarti  menunjukkan  bahwa  hampir semua siswa         tamatan            SMP   Terbuka          tidak    melanjutkan    pendidikannya (Depdiknas, 2004:22).

Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar tamatan SMP Terbuka tidak dapat melanjutkan pelajaran lagi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena kondisi sosial ekonominya yang kurang menguntungkan. Di samping miskin harta mereka  pada umumnya juga  miskin  informasi.  Setelah  tamat  SMP  Terbuka, kebanyakan   mereka   langsung  terjun   ke   dunia   kerja   atau   ke   lingkungan masyarakat untuk mencari nafkah sendiri atau terus  bekerja  membantu orang tuanya sebagaimana yang pernah mereka alami sejak masa kanak-kanak.

Kenyataan demikian memang memprihatinkan, akan tetapi di balik itu pada diri para siswa SMP Terbuka sesungguhnya memiliki potensi etos kerja yang secara positif dapat dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini sebenarnya SMP Terbuka dapat juga dipandang sebagai lahan yang subur untuk persemaian etos  kerja  tersebut.  Berdasarkan kenyataan itu   sebagai  langkah  antisipasi, pemerintah  merasa  berkewajiban  untuk  memikirkan cara  yang  terbaik  agar potensi tersebut dapat diwujudkan melalui semacam latihan khusus pendidikan keterampilan pra-vokasional yang sesuai dengan keinginan atau minat para siswa tersebut.

Dengan memberikan bekal kemampuan keterampilan pra-vokasional yang bermanfaat  bagi tamatan  SMP  Terbuka  yang  tidak  melanjutkan  pelajaran  ke jenjang  pendidikan  menengah,  diharapkan  mereka  dapat  lebih  siap  untuk memasuki dunia kerja atau terjun ke masyarakat. Berawal dari pemikiran tersebut Pemerintah telah merintis pelaksanaan Program  Pendidikan Keterampilan Pra- vokasional bagi para siswa SMP Terbuka. Program ini direncanakan untuk dapat dilaksanakan  pada  semua  SMP Terbuka secara  bertahap.  Jenis   pendidikan keterampilan  pra-vokasional  yang  akan  dipilih  dan cara  melaksanakannya  di sekolah,  diserahkan     sepenuhnya                        kepada    masing-masing  sekolah                                 yang bersangkutan. Pemberian kewenangan ini sejalan dengan kebijakan Manajemen Peningkatan   Mutu  Berbasis  Sekolah  (MPMBS) yang  telah  mulai  dirintis pelaksanaannya oleh Direktorat SMP sejak tahun 1999 dengan tujuan untuk lebih memandirikan sekolah.

Program Pendidikan Keterampilan yang akan diberikan kepada para siswa SMP  Terbuka ini  adalah  pendidikan  keterampilan  yang  sifatnya  masih  pra- vokasional, untuk                bekal        persiapan       ke  arah keterampilan         kejuruan     atau keterampilan vokasional.    Tujuannya  adalah             untuk          memberikan           bekal keterampilan dasar yang praktis dan sederhana sesuai dengan taraf perkembangan usia  siswa  SMP, namun  manfaatnya  dapat  langsung  dinikmati oleh  mereka.

Pemberian  bekal  keterampilan  praktis  ini  dilaksanakan  dengan  menerapkan potensi wirausaha melalui unit produksi di sekolah masing-masing atau yang ada di  lingkungan  setempat,  untuk  memperoleh  pendapatan  tambahan.  Dengan mengikuti latihan-latihan pendidikan keterampilan pra-vokasional tersebut para siswa  bukan  saja  diharapkan akan terampil  mengerjakan  tugas-tugas  sampai dengan menghasilkan produk                   tertentu, akan         tetapi juga      mampu             untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkannya.

Dalam pelaksanaan       pengentasan masalah         pendidikan pemerintah mengadakan sebuah program dalam rangka palaksanaan Broad Based Education yang  berorientasi pada kecakapan untuk hidup yang terdapat dalam kurikulum pendidikan SMP  Terbuka. Tugas sekolah sebagai subsistem pendidikan adalah melaksanakan  pendidikan   formal  untuk  mengembangkan  potensi  kecakapan hidup.

Ada empat jenis pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education) yang harus  dibekalkan kepada  siswa  SMP  Terbuka.  Keempat  jenis  pendidikan kacakapan yang diberikan untuk mempersiapkan anak didik agar dapat memiliki kemampuan untuk menjalani kehidupan atau kemampuan untuk menjalani hidup, keempat  pendidikan  tersebut  adalah Personal  Skills  Education,  Social  Skills Education, Environmental Skills Education, Vocational atau Occupational Skills Education. Secara   garis   besar strategi pelaksanaan Program  Pendidikan Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka adalah sebagai berikut.

Fenomena di lapangan menunjukkan, bahwa pada setiap SMP Terbuka terdapat beberapa  Tempat  Kegiatan  Belajar  (TKB)  yang  lokasinya  berjauhan antara yang satu dengan lainnya dan pada umumnya memiliki lingkungan yang berbeda  pula. Berdasarkan fenomena   itu  pendekatan  yang  dipakai  dalam pelaksanaan  Program  Pendidikan Keterampilan bagi  Siswa  SMP  Terbuka  ini tentu  saja   bukan  pendekatan  berbasis sekolah  (School  Based   Approach), melainkan  menggunakan  pendekatan  berbasis TKB  (Learning  Centre  Based Approach) yang sifatnya sangat kontekstual.

Apabila  pada  kabupaten  yang  bersangkutan  terdapat  SMP  Program Keterampilan dan letaknya  masih  dalam  jangkauan  transportasi  siswa  yang kurang  lebih  sama  jauhnya  dengan  jarak  ke  Sekolah  Induk,  maka  dalam melaksanakan  program  ini  SMP Terbuka   tersebut  hendaknya  berkoordinasi dengan SMP Program Keterampilan.

Program Pendidikan Keterampilan ini ada yang dapat dilakukan secara mandiri  oleh TKB yang  bersangkutan,  tetapi  ada  pula  yang  perlu  dilakukan bersama dengan institusi pasangan. Dalam melaksanakan program ini di samping harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan setempat, masalah pemasaran harus menjadi salah satu bagian dari program keterampilan itu sendiri (production and marketing package). Bila perlu keterampilan pemasaran  ini dapat dilaksanakan melalui jalinan kemitraan (partnership).

Berdasarkan hasil studi tersebut akan ada tiga skenario yang mungkin dapat dikembangkan dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan bagi siswa SMP Terbuka, yaitu skenario nilai tambah, skenario adopsi dan skenario inovasi.
Kecamatan Tempuran adalah salah satu kawasan industri di Kabupaten Magelang, salah satu jenis industri yang banyak terdapat di Kecamatan Tempuran adalah  industri  textile serta  banyak  pula  perusahan  konfeksi  yang  berdiri  di kawasan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut SMP Terbuka Tempuran memilih keterampilan tata busana sebagai jenis pembelajaran keterampilan yang dipilih.

Cara Downloadnya silahkan klik DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar