BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat
2010. Dengan kebijakan dan
strategi
ini, perencanaan pembangunan
dan pelaksanaannya di semua
sektor
harus dipertimbangkan terlebih dahulu
dampak negatif dan positif terhadap kesehatan. Masyarakat
juga ikut bertanggung
jawab
untuk melaksanakan hidup sehat, perilaku
sehat
dan
upaya pencegahan
agar
tidak terkena penyakit menular. Dengan
demikian masyarakat
mampu
hidup
produktif
dan
dapat berperan maksimal dalam pembangunan nasional.
Dalam
pembangunan yang berwawasan Sumber Daya
Manusia
(SDM)
dimana strateginya meningkatkan status
gizi masyarakat dan
penanggulangan masalah gizi, hal ini dapat
ditempatkan sebagai ujung tombak Paradigma
Sehat 2010. Sejalan dengan
upaya menurunkan
angka kematian bayi dan balita
perlu terus digalakkan. Imunisasi merupakan
program unggulan
pertama dalam rangka percepatan perbaikan derajat kesehatan (Depkes RI,1999 : 11).
Program imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan
bayi serta anak balita, program ini dilaksanakan untuk penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B, Polio dan Campak.
Idealnya bayi
harus
mendapat imunisasi
dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan Campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi biasanya dilihat
dari cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak
merupakan imunisasi
terakhir yang diberikan pada bayi.
Sedangkan untuk menilai angka Drop Out (DO) cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi
DPT 1 dikurangi cakupan imunisasi campak. Cakupan
imunisasi DPT 1 di Propinsi Jawa Tengah
tahun
2003 sebesar 97,5%
sedangkan cakupan imunisasi campak di Jawa Tengah
tahun 2003 adalah 91,7%, dan angka DO imunisasi lengkap pada bayi di Propinsi Jawa Tengah
tahun 2003 adalah 5,88%. Adapun target nasional untuk DO adalah kurang dari 10%
sehingga Jawa Tengah masih tergolong baik. Bila ditinjau dari pencapaian Universal Child Imunization (UCI) desa tahun
2003 masih terdapat beberapa kabupaten
atau
kota
yang
belum mencapai UCI desa secara merata. Pencapaian UCI desa
menurut Departemen Kesehatan menargetkan paling sedikit 80% di semua desa (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2003 : 77-78 ).
Berdasarkan
data
hasil
pencapaian UCI tahun
2004
Puskesmas Wonopringgo dari 14 desa (wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo)
ada 3 desa yang telah mencapai UCI dan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 2 desa yang mencapai UCI. Puskesmas Wonopringgo
untuk program imunisasi menduduki peringkat ke 24 dari 26 puskesmas yang ada di Kabupaten Pekalongan. Dengan data tersebut Puskesmas Wonopringgo termasuk
rendah cakupan imunisasinya (Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, 2004 : 40 ).
Cakupan imunisasi DPT3 dan campak di Puskesmas Wonopringgo
Kabupaten Pekalongan paling rendah dibandingkan dengan seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten
Pekalongan. Cakupan imunisasi DPT3 mengalami penurunan
dari 89% (2004) menjadi 75,4% (2005) dan cakupan imunisasi campak juga
mengalami penurunan dari 94% (2004) menjadi 84,7% (2005), sedangkan target imunisasi DPT3
dan
campak untuk Puskesmas Wonopringgo Pekalongan adalah 90% (Puskesmas Wonopringgo, 2005 : 13).
Dengan adanya penurunan cakupan imunisasi pada saat sekarang ini, dapat memperburuk kondisi
kesehatan ibu dan anak pada khususnya,
dimana anak yang memiliki status gizi buruk seringkali terserang
penyakit menular
yang sebenarnya dapat dicegah
dengan imunisasi (Depkes RI, 1999 : 1).
Berkaitan dengan masalah di atas hasil penelitian Sunarti tahun 2000 menunjukkan
bahwa beberapa faktor
yang
berhubungan
dengan
status imunisasi campak
anak usia 9-35 bulan
di wilayah
kerja
Puskesmas Platungan dan Sukorejo 1 Kabupaten Kendal adalah pekerjaan ibu, status ekonomi,
jarak pelayanan imunisasi campak, dan motivasi
petugas.
Dengan adanya penurunan cakupan imunisasi
DPT dan campak
maka
peneliti tertarik
untuk meneliti faktor-faktor apa yang berhubungan dengan status
imunisasi
DPT dan campak,
dengan
mengacu pada teori
Lawrence Green (1980). Menurut Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor meliputi predisposing factor, enabling factor dan
reinforcing factor. Aplikasi teori Lawrence Green tersebut
dari
unsur
predisposing factor meliputi
pengetahuan ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, sikap ibu. Unsur enabling
factor terwujud
dalam lingkungan
fisik,
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana untuk imunisasi.
Sedangkan reinforcing
factor meliputi keaktifan petugas imunisasi dalam memotivasi
dan kedisiplinan petugas imunisasi.
Cara Downloadnya silahkan klik DISINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar