Minggu, 05 Agustus 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (Dpt) Dan Campak (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Tahun 2006) (A14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1                    Latar Belakang Masalah

Pemerintah  Indonesia  mencanangkan  gerakan pembangunan berwawasan   kesehatan  sebagai   strategi   pembangunan   nasional   untuk mewujudkan  Indonesia  sehat  2010. Dengan  kebijakan  dan  strategi  ini, perencanaan  pembangunan  dan  pelaksanaannya  di semua  sektor  harus dipertimbangkan  terlebih  dahulu  dampak  negatif  dan  positif terhadap kesehatan. Masyarakat  juga ikut bertanggung  jawab  untuk  melaksanakan hidup   sehat,  perilaku  sehat  dan  upaya  pencegahan  agar  tidak  terkena penyakit menular.  Dengan  demikian  masyarakat  mampu  hidup  produktif dan   dapat   berperan  maksimal   dalam   pembangunan   nasional.   Dalam pembangunan  yang  berwawasan Sumber  Daya  Manusia  (SDM)  dimana strateginya   meningkatkan   status   gizi  masyarakat   dan   penanggulangan masalah gizi, hal ini dapat  ditempatkan sebagai ujung tombak Paradigma Sehat 2010. Sejalan dengan   upaya  menurunkan angka kematian bayi dan balita  perlu  terus  digalakkan.  Imunisasi   merupakan  program  unggulan pertama dalam rangka percepatan perbaikan derajat kesehatan (Depkes RI,1999 : 11).

Program imunisasi merupakan suatu program yang digunakan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita, program   ini  dilaksanakan untuk penyakit-penyakit  yang  dapat  dicegah dengan imunisasi seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetatus, Hepatitis B,  Polio  dan  Campak.  Idealnya  bayi  harus  mendapat imunisasi  dasar lengkap  yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan Campak 1  kali. Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi biasanya dilihat dari  cakupan imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi.


Sedangkan untuk menilai angka Drop Out (DO)  cakupan imunisasi dasar dilihat dari selisih cakupan imunisasi DPT 1 dikurangi  cakupan imunisasi campak. Cakupan imunisasi DPT  1  di  Propinsi  Jawa  Tengah  tahun  2003  sebesar  97,5% sedangkan cakupan imunisasi campak di Jawa Tengah  tahun 2003 adalah 91,7%, dan angka DO imunisasi lengkap pada bayi di Propinsi Jawa Tengah tahun 2003 adalah 5,88%. Adapun target nasional untuk DO adalah kurang dari 10%  sehingga Jawa Tengah masih tergolong baik. Bila ditinjau dari pencapaian  Universal  Child  Imunization  (UCI)  desa  tahun  2003 masih terdapat  beberapa  kabupaten  atau  kota  yang  belum  mencapai  UCI  desa secara merata.   Pencapaian   UCI  desa   menurut  Departemen  Kesehatan menargetkan paling sedikit 80% di semua desa (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2003 : 77-78 ).

Berdasarkan  data  hasil  pencapaian  UCI  tahun  2004  Puskesmas Wonopringgo dari 14 desa (wilayah kerja Puskesmas Wonopringgo)  ada 3 desa yang telah mencapai UCI dan pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi  2   desa  yang  mencapai  UCI. Puskesmas  Wonopringgo   untuk program imunisasi menduduki peringkat ke 24 dari 26 puskesmas yang ada di Kabupaten Pekalongan.  Dengan data tersebut Puskesmas Wonopringgo termasuk   rendah   cakupan   imunisasinya   (Dinas   Kesehatan   Kabupaten Pekalongan, 2004 : 40 ).

Cakupan imunisasi DPT3 dan campak di Puskesmas Wonopringgo Kabupaten  Pekalongan  paling   rendah   dibandingkan   dengan   seluruh puskesmas yang ada di Kabupaten Pekalongan. Cakupan imunisasi DPT3 mengalami penurunan dari 89% (2004) menjadi 75,4%  (2005) dan cakupan imunisasi  campak  juga  mengalami  penurunan  dari  94% (2004)  menjadi 84,7%  (2005),  sedangkan   target   imunisasi   DPT3  dan  campak  untuk Puskesmas Wonopringgo  Pekalongan   adalah  90%  (Puskesmas Wonopringgo, 2005 : 13).
Dengan adanya penurunan cakupan imunisasi pada saat sekarang ini,  dapat memperburuk kondisi kesehatan ibu dan anak pada khususnya, dimana anak yang memiliki status gizi buruk seringkali terserang penyakit menular yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes RI, 1999 : 1).

Berkaitan dengan masalah di atas hasil penelitian Sunarti tahun 2000 menunjukkan  bahwa beberapa  faktor  yang  berhubungan  dengan  status imunisasi   campak  anak  usia  9-35 bulan  di  wilayah  kerja  Puskesmas Platungan dan Sukorejo 1 Kabupaten Kendal adalah pekerjaan ibu, status ekonomi, jarak pelayanan imunisasi campak, dan motivasi petugas.

Dengan  adanya  penurunan  cakupan  imunisasi  DPT  dan  campak maka  peneliti tertarik untuk  meneliti faktor-faktor apa yang berhubungan dengan  status  imunisasi  DPT  dan campak,  dengan  mengacu  pada  teori Lawrence  Green  (1980).  Menurut  Lawrence Green  perilaku  dipengaruhi oleh 3 faktor meliputi predisposing factor, enabling factor dan reinforcing factor. Aplikasi  teori  Lawrence  Green  tersebut  dari  unsur  predisposing factor meliputi  pengetahuan ibu, tingkat pendidikan,   pekerjaan ibu, sikap ibu.  Unsur enabling  factor terwujud  dalam lingkungan  fisik,  tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana untuk imunisasi. Sedangkan reinforcing factor   meliputi   keaktifan  petugas   imunisasi   dalam   memotivasi   dan kedisiplinan petugas imunisasi.

Cara Downloadnya silahkan klik DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar