Minggu, 05 Agustus 2012

Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan Dan Rasio Perputaran Persediaan Terhadap Pemilihan Metode Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di Bursa Efek Jakarta (A8)

BAB I
 PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang Masalah
 Persediaan (inventory) adalah aktiva yang dimiliki perusahaan untuk dijual  dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi  dalam   memproduksi  barang  yang  akan  dijual.  Persediaan merupakan asset yang sangat penting baik dalam jumlah maupun perannya dalam kegiatan operasional perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur. Pada perusahaan manufaktur setidaknya terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan barang jadi.
Persediaan  dalam  perusahaan  mempunyai  kedudukan  ganda  yaitu sebagai unsur harga pokok penjualan di dalam laporan laba rugi dan sebagai unsur aktiva lancar di dalam neraca. Tujuan utama dari metode persediaan adalah untuk memilih asumsi arus  biaya yang paling mencerminkan laba periodik,  sesuai  kondisi  yang  berlaku.  Asumsi  arus  biaya  memberikan dampak langsung terhadap neraca, laba rugi, penyajian arus kas serta pajak yang  harus  dibayar  oleh  perusahaan.  Oleh  karena  itu  persediaan  yang dimiliki selama satu periode harus dipisahkan mana yang yang sudah dapat dibebankan  sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan laba rugi  dan mana yang masih belum terjual yang akan menjadi  persediaan  dalam  neraca.   Metode  persediaan  dapat  dilakukan dengan 4 cara yaitu metode Identifikasi Khusus, Rata-rata, FIFO dan LIFO
(Taqwa,  2003).  Masing-masing  metode  tersebut  memiliki  karakteristik
 tertentu  yang  membuat  yang  satu  lebih  disukai  dalam  kondisi-kondisi tertentu.
Penyajian  informasi   mengenai   persediaan   akan   membantu   para investor  serta pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas dimasa yang akan datang. Dalam  kegiatan perusahaan sehari-hari, jumlah sumber daya persediaan   yang   tersedia   akan   mendukung   arus   kas   masuk   melalui penjualan.  Dalam  kegiatan  normal,  jumlah   persediaan  yang  ada  akan mempengaruhi jumlah kas yang diperlukan selama periode berikutnya untuk mendapatkan barang yang akan dijual selama periode tersebut.  Persediaan dapat memprediksi baik arus kas masuk dari penjualan maupun arus kas keluar yang diperlukan karena pembelian barang.
Penelitian  ini  merujuk  pada  penelitian  Taqwa,  dkk  (2003)  dan penelitian Mukhlasin (2002). Tahun penelitian Mukhlasin (2002) yaitu tahun
1995 sampai dengan tahun 1999. Pada tahun 1995 dan tahun 1996 keadaan ekonomi  Indonesia  dalam  keadaan  cukup  baik,  dalam  keadaan  ekonomi seperti ini metode FIFO lebih disukai oleh perusahaan. Kinerja perusahaan manufaktur pada tahun 1995 sampai dengan 1996 pun menunjukkan kinerja yang  cukup  baik.  Pada  tahun  1997  sampai   dengan  1999  Indonesia mengalami  masa  Inflasi.  Pada  kondisi  inflasi,  banyak  perusahaan  yang menggunakan metode FIFO beralih menggunakan metode rata-rata. Kinerja perusahaan manufaktur pada masa inflasi semakin memburuk dari tahun ke tahun. Tahun  penelitian Taqwa, dkk (2003) yaitu tahun 1997 sampai dengan tahun 2000, keadaan ekonomi pada tahun penelitian ini tidak jauh berbeda dengan keadaan ekonomi tahun penelitian Mukhlasin dilakukan. Pada tahun 2000 Indonesia juga masih mengalami inflasi. Penelitian ini dilakukan pada tahun  2000  sampai  dengan  tahun  2004.  Pada  tahun  2001  perekonomian Indonesia belum sepenuhnya memuaskan dan masih memerlukan perbaikan. Pada   tahun   2002   pertumbuhan   kinerja   ekonomi   meningkat   sehingga memberikan harapan bagi bangsa Indonesia untuk mempercepat pemulihan ekonomi  diikuti  dengan  menurunnya  tingkat  inflasi.  Keadaan  ekonomi Indonesia  jauh  lebih  baik  lagi  di  tahun  2003.  Pada  tahun  2004  kondisi ekonomi semakin mantap, pada keadaan ekonomi seperti ini perusahaan lebih  memilih  menggunakan  metode  FIFO.  Selama  tahun  2000  sampai dengan  tahun  2004  kinerja  perusahaan  manufaktur  mulai  membaik  dari tahun ke tahun.
Tujuan     utama    perusahaan     adalah    memaksimalkan      kemakmuran pemegang saham. Untuk itu, maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus  bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering ada konflik antara manajer  dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Sehubungan  dengan  pemilihan  metode  persediaan  maka  antara  manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan (agency theory). Masing- masing pihak, yaitu pemilik dan manajer akan berusaha memaksimalkan kesejahteraannya  masing-masing.  Pemilik  (share  holder)  akan  memilih metode Rata-rata. Sedangkan manajer akan memilih menggunakan metode FIFO agar  memperoleh  laba yang besar sehingga kompensasi yang akan
diterima   juga   akan   menjadi   besar.   Apabila   memiliki   saham   dengan persentase yang besar maka manajer akan cenderung memilih metode rata- rata yang dapat memperoleh penghematan pajak.
Semakin kecil ukuran perusahaan, maka semakin besar kecenderungan manajer  untuk memilih metode akuntansi yang menghasilkan laba tinggi. Sementara  itu  semakin  besar  ukuran  perusahaan,  maka  semakin  besar kecenderungan              manajer      untuk         memilih         metode           akuntansi                             yang menghasilkan laba rendah.
Rasio    perputaran     persediaan    yang     tinggi     menunjukkan     jumlah penjualan  pada  perusahaan  tersebut  tinggi.  Sebaliknya,  rasio  perputaran persediaan  yang rendah menunjukkan jumlah penjualan pada perusahaan tersebut rendah.
Konflik kepentingan  antara  manajer  dan  pemilik  perusahaan  dapat timbul ketika perusahaan harus memilih metode persediaan mana yang harus ditetapkan.  Hal  ini   disebabkan  adanya  perbedaan  hasil  ekonomi  yang diharapkan          oleh          manajer,                   pemilik        dan  pemerintah        (Daljono                      dan Puspitaningtyas, 2005). Pemilihan metode persediaan perusahaan dianggap melekat  dalam keseluruhan  masalah  untuk  memaksimalkan  harga  saham yang tergantung pada  adanya peluang investasi dan pembiayaan (Daljono dan Puspitaningtyas, 2005). Namun  demikian, pertimbangan rasional yang diambil manajemen untuk memilih metode persediaan adalah maksimalisasi nilai perusahaan atau meminimalkan pajak untuk  memperoleh tax saving (penghematan pajak) yang besar tetap berpegang pada kendala-kendala yang ada, yaitu  hukum  pajak  dan  kesempatan  produksi-investasi  (Mukhlasin,2002).

Pemilihan metode persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 (IAI, 2002, paragraf 20 : 14.5) yang  memberikan   kebebasan  untuk  menggunakan  salah  satu  alternatif metode persediaan yaitu First In First Out (FIFO), Last In First Out (LIFO) dan Weight Average (rata-rata). Namun Undang–Undang No. 7 tahun 1983 jo          Undang-Undang           No.      10       tahun                      1994  tentang         Perpajakan          hanya memperbolehkan penggunaan metode FIFO atau metode Rata-rata (Daljono d an Puspitaningtyas, 2005).
Apabila  suatu  perusahaan  dalam  laporan  keuangan  menggunakan Identifikasi Khusus atau LIFO maka untuk tujuan pajak harus membuat lagi dengan metode yang diperbolehkan yaitu metode Rata-rata atau FIFO. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan metode rata-rata  atau  FIFO  untuk  laporan  keuangannya  karena  tidak  perlu  lagi membuat untuk tujuan pajak (Taqwa, dkk, 2003).
Metode     persediaan     FIFO    dan     rata-rata     (Weighted     Average) menggambarkan  karakteristik  increasing  income  dan  decreasing  income. Metode FIFO menggambarkan increasing income sedangkan metode Rata- rata  menggambarkan decreasing income (Rustardy, dkk, 2004). Kelebihan metode  FIFO  adalah  laba   menggambarkan  arus  fisik  persediaan,  nilai persediaan akhir lebih mendekati current cost, dan memberikan suatu nilai aproksiomasi yang lebih tepat atas biaya pokok pengganti pada neraca bila
tidak ada perubahan harga sejak pembelian terakhir. Di sisi lain, metode FIFO juga mempunyai kelemahan, yakni laba tidak mencerminkan keadaan sebenarnya karena current cost tidak dibandingkan dengan current revenue dalam  perhitungan  rugi  laba.  Hal  ini  mengakibatkan  terjadinya  distorsi dalam  laba  kotor  dan  laba  bersih  sehingga  timbul  tambahan  laba  yang berasal dari perubahan harga yang disebut inflation profit  (Abdullah dan Djalil, 2004).
Metode Rata-rata  dipandang  realistis  dan  searah  dengan  arus  fisik persediaan,  khususnya  jika  suatu  pencampuradukan  (intermingling)  dari unit-unit persediaan yang identik. Ini berarti bahwa di saat sulit atau tidak mungkin mengidentifikasi arus fisik persediaan, maka merata-ratakan harga pokoknya merupakan cara yang paling tepat. Tidak seperti metode lainnya, metode ini memberikan kos yang sama, sehingga dianggap  paling cocok diterapkan untuk persediaan yang fungsi atau kegunaannya mirip/ sama, sehingga dianggap paling cocok diterapkan untuk persediaan yang relatif homogen. Dengan metode ini tidak dapat dilakukan manipulasi laba melalui persediaan dan     bersifat    objektif (Abdullah         dan                      Djalil,  2004). Keterbatasannya adalah nilai persediaan secara terus-menerus mengandung pengaruh dari kos paling awal dan nilai-nilai tersebut bisa mempunyai lag yang signifikan di belakang  current price dalam periode yang mengalami perubahan harga yang sangat cepat, naik atau turun  (Abdullah dan Djalil,
2004). Dalam kondisi harga meningkat, metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang tinggi dan harga pokok penjualan yang rendah, sehingga laba bersih menjadi tinggi (Rustardy, dkk, 2004). Sementara itu metode  Rata-rata akan menghasilkan laba akuntansi yang cenderung lebih stabil              dan       lebih      kecil                 dibandingkan dengan metode              FIFO      karena menggabungkan seluruh     price inflow (Mukhlasin, 2002). Kondisi inflasi, bagi  pemilik, metode Last In First Out (LIFO) lebih disukai karena akan mengurangi cash outflow berupa bonus dan pajak, sedangkan metode First In  First  Out  (FIFO)  lebih  diinginkan  manajer  karena  metode ini  akan meningkatkan laba perusahaan yang berarti kinerja (performance) yang baik bagi manajer dan bonus yang akan diterima (Widyastuti, 2004).
Telah banyak  dilakukan  penelitian  untuk  mengetahui  faktor-faktor yang  mempengaruhi pemilihan metode persediaan. Penelitian ini menguji ulang penelitian Taqwa, dkk (2003) dan penelitian Mukhlasin  (2002).
Penelitian Taqwa, dkk, (2003) dilakukan pada periode 1997 sampai dengan 2000. Penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas persediaan dan rasio lancar. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan variabilitas  persediaan  memberikan   berpengaruh  secara  signifikan terhadap      pemilihan          metode                  akuntansi      persediaan.                   Tetapi             struktur kepemilikan,  financial  leverage,  variabilitas  persediaan dan  rasio  lancar tidak  memberikan  pengaruh  yang  signifikan  terhadap pemilihan  metode akuntansi persediaan.
Penelitian Mukhlasin   (2002) dilakukan selama periode 1995 sampai dengan  1999. Penelitian ini menggunakan variabel independen variabilitas
persediaan, variabilitas laba akuntansi, ukuran perusahaan, intensitas modal, intensitas        persediaan                          dan             variabilitas  harga       pokok             penjualan.       Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, intensitas persediaan dan variabilitas  harga pokok penjualan  memberikan pengaruh yang signifikan terhadap  pemilihan  metode  akuntansi persediaan.  Sedangkan  variabilitas persediaan,     variabilitas laba   akuntansi       dan       intensitas     modal     tidak berpengaruh       secara                  signifikan       terhadap  pemilihan metode akuntansi persediaan
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengujian kembali  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  pemilihan  metode  persediaan. Peneliti  tertarik  untuk   mengambil  judul  :  “ANALISIS  PENGARUH STRUKTUR  KEPEMILIKAN,  UKURAN PERUSAHAAN DAN RASIO PERPUTARAN  PERSEDIAAN  TERHADAP  PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC  DI BEJ”.


Cara Downloadnya silahkan klik DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar