BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Setiap orang memerlukan suatu pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui pekerjaannya seseorang melayani kebutuhan masyarakat,
mendapat imbalan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sendiri dan menumbuhkan rasa
harga diri. Selain itu,
jabatan atau pekerjaan
yang dipegang seseorang ikut menentukan
pola kehidupannya
sehari-hari
dan lingkungan pergaulan sosialnya. Gaya hidup seseorang juga dipengaruhi oleh jabatan atau pekerjaannya sehingga pekerjaan tersebut sebagai refleksi diri dari orang itu sendiri.
Untuk dapat menentukan kariernya secara tepat seseorang membutuhkan
proses atau waktu yang
cukup panjang. Seperti yang dikemukakan Sukardi (1994:15) karier
seseorang
bukanlah hanya sekedar pekerjaan
apa yang telah dijabatnya, melainkan suatu pekerjaan atau jabatan yang
benar-benar sesuai dan cocok dengan potensi-potensi diri dari orang-
orang yang menjabatnya
sehingga setiap orang yang memegang pekerjaan
yang dijabatnya itu
akan merasa senang untuk
menjabatnya dan kemudian
mereka akan berusaha
semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasinya, mengembangkan potensi
dirinya, lingkungannya serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menunjang
pekerjaan yang sedang dijabatnya.
Dalam perkembangan
karier
seseorang
dipengaruhi
oleh beberapa faktor, di antaranya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari diri individu sendiri yang meliputi inteligensi, bakat, minat, kepribadian serta potensi-potensi lainnya. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor sosial atau faktor
yang berasal
dari luar diri
individu
seperti lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang juga memegang
peranan penting dalam proses
perkembangan karier.
Dalam memilih pekerjaan atau karier yang akan dijabat kelak, siswa
sekolah lanjutan tingkat atas menghadapi kenyataan bahwa di masyarakat ada demikian banyak pekerjaan. Bisa dipahami kalau melihat kenyataan tersebut siswa menjadi bingung dari sekian banyak pekerjaan yang cocok baginya. Ada
banyak siswa yang benar-benar tidak
tahu pekerjaan apa yang akan dipilihnya. Ada juga siswa yang mempunyai pilihan
karier
tetapi masih ragu-ragu apakah pekerjaan yang dipilih cocok baginya serta ada juga siswa yang lain mantap dengan pilihan kariernya karena merasa bahwa bakat dan minatnya ada di situ.
Siswa SMA
Negeri 1 Kramat Kabupaten
Tegal berasal
dari latar belakang keluarga yang berbeda. Banyak siswa yang berasal dari keluarga ekonomi
menengah ke atas
tetapi tidak sedikit yang
berasal dari keluarga ekonomi ke
bawah. Bagi siswa yang berasal dari keluarga yang tergolong dalam
ekonomi
menengah ke atas
sudah tentu akan melanjutkan studi ke
jenjang yang lebih tinggi
lagi dan bagi yang tergolong dalam ekonomi ke bawah apabila tidak melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi maka mereka akan mencari pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan kemampuannya. Bagi yang akan melanjutkan,
mereka akan mencari jurusan yang cocok dengan minat, kemampuan serta potensi yang ada pada diri siswa tersebut.
Dalam pemilihan karier yang tepat tentunya harus disesuaikan dengan minat dan kemampuan dari siswa itu sendiri. Selain itu ada beberapa hal yang sangat mempengaruhi proses pemilihan karier, seperti kepribadian diri siswa, keterampilan yang dimiliki
serta pengetahuan tentang dunia
kerja. Selain dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal juga sangat mempengaruhi, seperti faktor sosial ekonomi keluarga, orang tua juga masyarakat
sekitar. Faktor ekonomi keluarga
sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan karier
karena
dengan faktor tersebut
siswa bisa
menentukan
apakah
akan melanjutkan studinya atau memutuskan untuk bekerja karena kurangnya biaya untuk dapat melanjutkan pendidikannya.
Selain faktor
ekonomi keluarga, dukungan dari orang tua juga sangat mempengaruhi dalam proses pemilihan karier
karena dukungan dari orang tua sangat
membantu anaknya
dalam
memilih karier yang diinginkan, sebaliknya sebuah pemaksaan akan berakibat
buruk bagi anak dalam memilih kariernya. Lingkungan masyarakat juga salah satu
faktor pendukung
siswa berhasil
dalam
proses pemilihan kariernya.
Seperti
yang dikemukakan Winkel (1991:536) masyarakat merupakan
lingkungan sosial budaya
dimana
orang
muda
dibesarkan,
individu yang
berada di lingkungan masyarakat tidak akan lepas dari pandangan-pandangan
mereka termasuk juga dalam pemilihan karier individu
yang akan memilih jabatan
yang
dipandang
masyarakat baik. Pihak
sekolah hendaknya dapat
menginformasikan pilihan–pilihan karier yang sesuai dengan kemampuan dan potensi
yang
ada pada
diri siswa, hal
tersebut dapat dilakukan dengan memberikan layanan bimbingan karier oleh guru pembimbing secara terprogram.
Berdasarkan observasi awal
peneliti serta
wawancara
dengan
siswa yang sekarang duduk di bangku kelas II, diperoleh informasi bahwa banyak permasalahan yang dialami siswa berkaitan
dengan pemilihan
kariernya. Ternyata di SMA Negeri
1 Kramat Kabupaten Tegal ini dalam pilihan
kariernya siswa masih mengalami kebingungan. Siswa merasa kurang informasi tentang karier yang dapat
mereka pilih, walaupun ada jam BK tetapi belum
dilaksanakan
sebagaimana mestinya,
jam
BK masih sering
terlihat kosong tanpa kegiatan apa pun.
Kegiatan layanan bimbingan karier belum
terprogram dengan baik hanya saat-saat tertentu saja layanan tersebut diberikan, padahal banyak siswa
kelas II yang datang ke
ruang BK untuk menanyakan tentang jurusan yang akan dipilihnya di kelas III nanti,
karena apabila siswa tersebut akan melanjutkan ke perguruan tinggi tentunya akan memilih jurusan yang sesuai dengan jurusan pada saat di SMA. Hal tersebut
akan berakibat buruk pada masa depan karier siswa termasuk dalam pemilihan pekerjaan
yang
mereka
inginkan apabila
tidak
sesuai
dengan bakat
dan minatnya. Seperti yang dikemukakan Mitchell (dalam Manrihu,1992:157-158)
bahwa kebanyakan
anak-anak umur 17 tahun
telah membicarakan
serius kepada seseorang tentang rencana-rencananya
di
masa
depan serta telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak. Siswa kelas II yang rata-rata usianya 17 tahun mulai membicarakan masalah karier yang akan dipilihnya, hal tersebut dapat dilakukan dengan guru pembimbing di sekolah untuk memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai karier yang akan dipilihnya.
Kurangnya informasi yang berkaitan dengan pendidikan juga jabatan atau pekerjaan yang cocok dengan kemampuan siswa juga sebagai salah satu
penghambat
siswa tidak dapat mengambil keputusan kariernya secara tepat. Siswa bingung
dengan jurusan yang akan diambilnya apabila akan melanjutkan pendidikannya
serta
apabila
akan bekerja
juga
tidak
tahu pekerjaan yang cocok baginya sehingga bagi siswa yang tidak melanjutkan banyak yang menganggur setelah
siswa tersebut lulus dari bangku sekolah.
Dari hasil wawancara dengan guru pembimbing masih banyak siswa yang merencanakan kariernya dilakukan tidak secara realistis, mereka membuat rencana kariernya hanya didasarkan atas kemauan dan keinginannya
saja tidak disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya, hal ini terlihat dari angket
penjurusan yang diberikan guru pembimbing kepada siswa kelas II
dan
ternyata dalam pengisian angket tersebut siswa memilih jurusan di kelas III tidak disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki juga tidak disesuaikan dengan
karier
yang akan dipilihnya. Misalnya siswa memilih jurusan
IPA sedangkan bakatnya bukan di IPA dan setelah lulus sekolah siswa tersebut akan meneruskan usaha orang tuanya yang memiliki usaha bahan sembako.
Kurangnya dukungan
dari orang
tua juga mempengaruhi proses pemilihan
karier siswa,
hal ini terlihat dari banyaknya siswa
yang
memilih jurusan didasarkan atas
keinginan
orang
tua saja, seperti orang tua
menginginkan
anaknya setelah lulus melanjutkan keperguruan tinggi dan mengambil jurusankedokteran tetapi kemampuan anaknya bukan di bidang eksak, ia lebih mampu di bidang sosial. Dari fenomena tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang belum dapat memilih kariernya secara tepat.
Selain itu untuk siswa kelas II tidak diberikan tes penjurusan dengan alasan tidak adanya dana untuk kegiatan tersebut sehingga untuk menentukan jurusan di kelas III hanya didasarkan pada prestasi dan keinginan siswa. Kurangnya perhatian dari pihak sekolah terhadap kegiatan tersebut merupakan salah satu faktor penghambat siswa tidak dapat menentukan kariernya secara tepat sehingga siswa-siswa tersebut perlu diberi bantuan agar dapat membuat rencana-rencana dan mengambil keputusan secara bijaksana.
Selain itu untuk siswa kelas II tidak diberikan tes penjurusan dengan alasan tidak adanya dana untuk kegiatan tersebut sehingga untuk menentukan jurusan di kelas III hanya didasarkan pada prestasi dan keinginan siswa. Kurangnya perhatian dari pihak sekolah terhadap kegiatan tersebut merupakan salah satu faktor penghambat siswa tidak dapat menentukan kariernya secara tepat sehingga siswa-siswa tersebut perlu diberi bantuan agar dapat membuat rencana-rencana dan mengambil keputusan secara bijaksana.
Dari latar
belakang tersebut diatas, mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian secara
teliti terhadap
siswa
kelas
II dengan
judul “hambatan-hambatan yang mempengaruhi ketepatan pemilihan karier siswa kelas II di
SMA
Negeri 1
Kramat Kabupaten Tegal
tahun pelajaran 2004/2005.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar