BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup dalam sebuah masyarakat, saling berinteraksi untuk memenuhi
kebutuhannya masing–masing.
Manusia tidak dapat hidup secara individual, ia sangat bergantung pada orang
lain.
Dalam hubungan
antarmanusia ini,
manusia menciptakan suatu kehidupan yang
berkelompok– kelompok, dan anggota tiap kelompok ini saling berhubungan satu sama lain hingga membentuk suatu kehidupan masyarakat yang luas dan
kompleks.
Kehidupan masyarakat ini pun memiliki sistem kehidupan sosial yang berbeda–beda, ada yang hidup dengan sistem tradisional
dan modern.
Dalam bahasa Inggris, masyarakat
disebut dengan society, asal katanya socius yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal
dari bahasa Arab, yaitu syiek, artinya bergaul.
Adanya saling
bergaul ini tentu
karena ada bentuk–bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai
perseorangan, melainkan oleh unsur–unsur kekuatan lain
dalam
lingkungan sosial
yang merupakan kesatuan
(Koentjaraningrat, 1990:143). Para ahli sepakat bahwa
adanya saling
bergaul dan berinteraksi karena
mempunyai nilai–nilai, norma–norma, cara–cara, dan prosedur yang merupakan kebutuhan
bersama sehingga masyarakat merupakan
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu, yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat
luas. Aspek wilayah kurang ditekankan, yang penting dan memperoleh bobot
yang lebih besar adalah aspek keteraturan hidup sosial dan rawan hidup kolektif. Kedua aspek itu menunjukkan derajat integrasi
masyarakat karena keteraturan sosial dan kebersamaan
hidup (kolektif) ditentukan oleh kemantapan unsur–unsur masyarakat yang terdiri atas pranata status dan peranan individu sebagai anggota masyarakat.
Sebagai
bangsa yang merdeka,
berdaulat,
dan memiliki
cita–cita untuk membentuk masyarakat
adil
dan
makmur,
bangsa
Indonesia
melakukan tahapan pembangunan secara sistematis dengan maksud agar tujuan dan cita–cita tersebut dapat terlaksana. Pembangunan pada hakekatnya merupakan
suatu proses perubahan terencana dengan melibatkan
berbagai unsur yang terdapat dalam masyarakat
seperti pemerintah dan rakyat, serta bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan, kesejahteraan, keadilan, pemerataan, dan kedamaian.
Secara umum, pembangunan
dapat dilihat melalui dua sudut pandang, yaitu dilihat dari aspek ekonomi dan aspek sosial.
Dari sudut pandang
ekonomi, jelas terlihat bahwa pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mempunyai ruang lingkup
yang sempit. Pembangunan yang dilihat dari sudut pandang sosial mempunyai ruang lingkup
yang
lebih
luas.
Selain
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pembangunan sosial
lebih mengarah
kepada
upaya
pemberdayaan masyarakat.
Menurut Elliot dalam Adi
(2002:131) pembangunan pada dasarnya bersifat proaktif, menghindari
adanya
korban yang tidak perlu (victim blaming) dengan melakukan perencanaan preventif guna mengembangkan
dan memberdayakan berbagai potensi
yang ada di masyarakat, serta melakukan strategi intervensi (perubahan sosial terencana) yang
bersifat
multisistem.
Kegiatan pembangunan masyarakat Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia dan kualitas
kehidupan masyarakat agar makin maju dan mandiri, serta dijiwai nilai–nilai Pancasila. Pembangunan
akan berhasil apabila masyarakatnya telah diberdayakan secara maksimal, sehingga
pembangunan di segala bidang dapat
terlaksana dengan baik.
Menurut Midgley
dalam Adi (2002:116) pembangunan sosial sebagai salah satu
pendekatan dalam pembangunan
pada
awal
perkembangannya seringkali dipertentangkan dengan pembangunan ekonomi. Hal ini terkait
dengan pemahaman
banyak orang yang menggunakan istilah “pembangunan” yang dikonotasikan sebagai perubahan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya industrialisasi.
Penempatan pembangunan sosial lebih dikedepankan dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial suatu masyarakat maupun negara, karena
pendekatan ini diasumsikan lebih terkait dibandingkan dengan pendekatan bidang yang lain dalam kaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pembangunan bidang yang lain meskipun mempunyai sumbangan terhadap
kesejahteraan sosial, tetapi masing–masing pembangunan
tersebut punya keterkaitan lebih erat dengan tujuan pembangunannya. Dengan demikian dapat terlihat
bahwa berbagai upaya
pembangunan yang
dilakukan pada dasarnya ditujukan untuk mengembangkan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat. Pembangunan kesejahteraan
sosial di atas pada dasarnya juga merupakan
suatu upaya pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi pembangunan sangatlah tepat untuk
menggerakkan dinamika masyarakat
dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak
lagi hanya menunggu perintah
atasan dan tidak
lagi hanya bergantung pada pemerintah tanpa adanya suatu inisiatif,
kreativitas,
dan
swadaya.
Strategi pemberdayaan ada bermacam-macam, diantaranya melalui
kegiatan kelompok masyarakat dan
gerakan
sosial
budaya.
Tradisi
Pasar
Kliwonan
yang
terjadi di Batang dapat masuk ke dalam kedua kategori
di atas Hal ini dikarenakan dalam Pasar Kliwonan terjadi interaksi antarmasyarakat yang saling menguntungkan. Atas dasar uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan masalah tersebut
ke
dalam
skripsi
dengan
judul “DAMPAK TRADISI PASAR KLIWONAN TERHADAP UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN BATANG”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar